Rabu, 28 Maret 2012

KALIMAT DWITRANSITIF VERHAAR


BAB I
PENDAHULUAN
Tak jarang kita jumpai pernyataan yang mengatakan bahwa Sintaksis adalah ilmu tentang kalimat, atau mengenai penataan kalimat. Hal ini mudah dipahami karena kalimat merupakan satuan bahasa yang “langsung” digunakan sebagai satuan ujaran di dalam komunikasi verbal yang hanya dilakukan oleh manusia. Sekarang yang menjadi masalah, apakah kalimat itu.
Karena kalimat itu merupakan satuan yang langsung digunakan dalam berbahasa, ada yang mengartikan oleh tata bahasawan tradisional “Kalimat adalah susunan kata-kata yang teratur yang berisi pikiran lengkap”. Pengertian kalimat menurut KBBI edisi keempat 2008, “Kalimat adalah (n) kesatuan ujar yang mengungkapkan suatu konsep pikiran atau perasaan”. Di lihat dari pengertian linguistiknya, “Kalimat adalah satuan bahasa yang secara relatif berdiri sendiri, mempunyai pola intonasi final dan secara aktual ataupun potensial terdiri dari klausa”.

Dari rumusan ini bisa disimpulkan, yang penting menjadi dasar kalimat adalah konstituen dasar dan intonasi final, sebab konjungsi hanya ada kalau diperlukan. Konstituen dasar itu biasanya berupa klausa. Jadi, kalau pada sebuah klausa di beri intonasi final, maka akan terbentuklah kalimat itu.
           
Untuk mengecek apakah kalimat yang dihasilkan memenuhi syarat kaidah tata bahasa, perlu dikenal ciri-ciri subjek, predikat, objek, pelengkap dan keterangan. Kalimat yang benar harus memiliki kelengkapan unsur kalimat. Selain itu pengenalan ciri-ciri unsur kalimat ini juga berperan untuk menguraikan kalimat atas unsur-unsurnya.

A. Ciri-Ciri Subjek
Subjek adalah unsur pokok yang terdapat pada sebuah kalimat di samping unsur predikat. Dengan mengetahui ciri-ciri subjek secara lebih terperinci, kalimat yang dihasilkan dapat terpelihara strukturnya.
¨      Jawaban atas Pertanyaan Apa atau Siapa
Penentuan subjek dapat dilakukan dengan mencari jawaban atas pertanyaan apa atau siapa yang dinyatakan dalam suatu kalimat. Untuk subjek kalimat yang berupa manusia, biasanya digunakan kata tanya siapa.
¨      Disertai Kata Itu
Kebanyakan subjek dalam bahasa Indonesia bersifat takrif (definite). Untuk menyatakan takrif, biasanya digunakan kata itu. Subjek yang sudah takrif misalnya nama orang, nama negara, instansi, atau nama diri lain dan juga pronomina tidak disertai kata itu.
¨      Mempunyai Keterangan Pewatas Yang
Kata yang menjadi subjek suatu kalimat dapat diberi keterangan lebih lanjut dengan menggunakan penghubung yang. Keterangan ini dinamakan keterangan pewatas.
¨      Tidak Didahului Preposisi
Subjek tidak didahului preposisi, seperti dari, dalam, di, ke, kepada, pada. Orang sering memulai kalimat dengan menggunakan kata-kata seperti itu sehingga menyebabkan kalimat-kalimat yang dihasilkan tidak bersubjek.
¨      Berupa Nomina atau Frasa Nominal
Subjek kebanyakan berupa nomina atau frasa nominal. Di samping nomina, subjek dapat berupa verba atau adjektiva, biasanya, disertai kata penunjuk itu.

B. Ciri-Ciri Predikat
Predikat juga merupakan unsur utama suatu kalimat di samping subjek Bagian ini khusus membicarakan ciri-ciri predikat secara lebih terperinci.
¨      Jawaban atas Pertanyaan Mengapa atau Bagaimana
Dilihat dari segi makna, bagian kalimat yang memberikan informasi atas pertanyaan mengapa atau bagaimana adalah predikat kalimat. Pertanyaan sebagai apa atau jadi apa dapat digunakan untuk menentukan predikat yang berupa nomina penggolong (identifikasi). Kata tanya berapa dapat digunakan untuk menentukan predikat yang berupa numeralia (kata bilangan) atau frasa numeralia.
¨      Kata Adalah atau Ialah
Predikat kalimat dapat berupa kata adalah atau ialah. Predikat itu terutama digunakan jika subjek kalimat berupa unsur yang panjang sehingga batas antara subjek dan pelengkap tidak jelas.
¨      Dapat Diingkarkan
Predikat dalam bahasa Indonesia mempunyai bentuk pengingkaran yang diwujudkan oleh kata tidak. Bentuk pengingkaran tidak ini digunakan untuk predikat yang berupa verba atau adjektiva. Di samping tidak sebagai penanda predikat, kata bukan juga merupakan penanda predikat yang berupa nomina atau predikat kata merupakan.
¨      Dapat Disertai Kata-kata Aspek atau Modalitas
Predikat kalimat yang berupa verba atau adjektiva dapat disertai kata-kata aspek seperti telah, sudah, sedang, belum, dan akan. Kata-kata itu terletak di depan verba atau adjektiva. Kalimat yang subjeknya berupa nomina bernyawa dapat juga disertai modalitas, kata-kata yang menyatakan sikap pembicara (subjek), seperti ingin, hendak, dan mau.
¨      Unsur Pengisi Predikat
Predikat suatu kalimat dapat berupa:
1.    Kata, misalnya verba, adjektiva, atau nomina.
2.    Frasa, misalnya frasa verbal, frasa adjektival, frasa nominal, frasa numeralia (bilangan).

C.  Ciri-Ciri Objek
Unsur kalimat ini bersifat wajib dalam susunan kalimat aktif transitif yaitu kalimat yang sedikitnya mempunyai tiga unsur utama, subjek, predikat, dan objek. Predikat yang berupa verba intransitif (kebanyakan berawalan ber- atau ter-) tidak memerlukan objek, sedangkan verba transitif yang memerlukan objek kebanyakan berawalan me-. Ciri-ciri objek ini sebagai berikut.
¨      Langsung di Belakang Predikat
Objek hanya memiliki tempat di belakang predikat, tidak pernah mendahului predikat.
¨      Dapat Menjadi Subjek Kalimat Pasif
Objek yang hanya terdapat dalam kalimat aktif dapat menjadi subjek dalam kalimat pasif. Perubahan dari aktif ke pasif ditandai dengan perubahan unsur objek dalam kalimat aktif menjadi subjek dalam kalimat pasif yang disertai dengan perubahan bentuk verba predikatnya.
¨      Tidak Didahului Preposisi
Objek yang selalu menempati posisi di belakang predikat tidak didahului preposisi. Dengan kata lain, di antara predikat dan objek tidak dapat disisipkan preposisi.
¨      Didahului Kata Bahwa
Anak kalimat pengganti nomina ditandai oleh kata bahwa dan anak kalimat ini dapat menjadi unsur objek dalam kalimat transitif.

D.  Ciri-Ciri Pelengkap
Pelengkap dan objek memiliki kesamaan. Kesamaan itu ialah kedua unsur kalimat ini :
¨      Bersifat wajib ada karena melengkapi makna verba predikat kalimat.
¨      Menempati posisi di belakang predikat.
¨      Tidak didahului preposisi.
Perbedaannya terletak pada kalimat pasif. Pelengkap tidak menjadi subjek dalam kalimat pasif. Jika terdapat objek dan pelengkap dalam kalimat aktif, objeklah yang menjadi subjek kalimat pasif, bukan pelengkap. Berikut ciri-ciri pelengkap.
¨      Di Belakang Predikat
Ciri ini sama dengan objek. Perbedaannya, objek langsung di belakang predikat, sedangkan pelengkap masih dapat disisipi unsur lain, yaitu objek. Contohnya terdapat pada kalimat berikut.
1. Abang menghadiai saya boneka baru
2. Mereka membelikan temannya buku baru.
Unsur kalimat boneka baru, buku baru di atas berfungsi sebagai pelengkap dan  tidak mendahului predikat.

¨      Tidak Didahului Preposisi
¨      Seperti objek, pelengkap tidak didahului preposisi. Unsur kalimat yang didahului preposisi disebut keterangan. Ciri-ciri unsur keterangan dijelaskan setelah bagian ini.

E.  Ciri-Ciri Keterangan
Keterangan merupakan unsur kalimat yang memberikan informasi lebih lanjut tentang suatu yang dinyatakan dalam kalimat; misalnya, memberi informasi tentang tempat, waktu, cara, sebab, dan tujuan. Keterangan ini dapat berupa kata, frasa, atau anak kalimat. Keterangan yang berupa frasa ditandai oleh preposisi, seperti di, ke, dari, dalam, pada, kepada, terhadap, tentang, oleh, dan untuk. Keterangan yang berupa anak kalimat ditandai dengan kata penghubung, seperti ketika, karena, meskipun, supaya, jika, dan sehingga. Berikut ini beberapa ciri unsur keterangan.
¨      Bukan Unsur Utama
Berbeda dari subjek, predikat, objek, dan pelengkap, keterangan merupakan unsur tambahan yang kehadirannya dalam struktur dasar kebanyakan tidak bersifat wajib.
¨      Tidak Terikat Posisi
Di dalam kalimat, keterangan merupakan unsur kalimat yang memiliki kebebasan tempat. Keterangan dapat menempati posisi di awal atau akhir kalimat, atau di antara subjek dan predikat.
¨      Jenis Keterangan
Keterangan dibedakan berdasarkan perannya di dalam kalimat.

a. Keterangan Waktu
Keterangan waktu dapat berupa kata, frasa, atau anak kalimat. Keterangan yang berupa kata adalah kata-kata yang menyatakan waktu, seperti kemarin, besok, sekarang, kini, lusa, siang, dan malam. Keterangan waktu yang berupa frasa merupakan untaian kata yang menyatakan waktu, seperti kemarin pagi, hari Senin, 7 Mei, dan minggu depan. Keterangan waktu yang berupa anak kalimat ditandai oleh konjungtor yang menyatakan waktu, seperti setelah, sesudah, sebelum, saat, sesaat, sewaktu, dan ketika.
b. Keterangan Tempat
Keterangan tempat berupa frasa yang menyatakan tempat yang ditandai oleh preposisi, seperti di, pada, dan dalam.
c. Keterangan Cara
Keterangan cara dapat berupa kata ulang, frasa, atau anak kalimat yang menyatakan cara. Keterangan cara yang berupa kata ulang merupakan perulangan adjektiva. Keterangan cara yang berupa frasa ditandai oleh kata dengan atau secara. Terakhir,  keterangan cara yang berupa anak kalimat ditandai oleh kata dengan dan dalam.
d. Keterangan Sebab
Keterangan sebab berupa frasa atau anak kalimat. Keterangan sebab yang berupa frasa ditandai oleh kata karena atau lantaran yang diikuti oleh nomina atau frasa nomina. Keterangan sebab yang berupa anak kalimat ditandai oleh konjungtor karena atau lantaran.
e. Keterangan Tujuan
Keterangan ini berupa frasa atau anak kalimat. Keterangan tujuan yang berupa frasa ditandai oleh kata untuk atau demi, sedangkan keterangan tujuan yang berupa anak kalimat ditandai oleh konjungtor supaya, agar, atau untuk.
f. Keterangan Aposisi
Keterangan aposisi memberi penjelasan nomina, misalnya, subjek atau objek. Jika ditulis, keterangan ini diapit tanda koma, tanda pisah (--), atau tanda kurang. Perhatikan contoh berikut.
Dosen saya, Bu Erwin, terpilih sebagai dosen teladan.
g. Keterangan Tambahan
Keterangan tambahan memberi penjelasan nomina (subjek ataupun objek), tetapi berbeda dari keterangan aposisi. Keterangan aposisi dapat menggantikan unsur yang diterangkan, sedangkan keterangan tambahan tidak dapat menggantikan unsur yang diterangkan. Seperti contoh berikut.
Siswanto, mahasiswa tingkat lima, mendapat beasiswa.
Keterangan tambahan (tercetak miring) itu tidak dapat menggantikan unsur yang diterangkan yaitu kata Siswanto.
h. Keterangan Pewatas
Keterangan pewatas memberikan pembatas nomina, misalnya, subjek, predikat, objek, keterangan, atau pelengkap. Jika keterangan tambahan dapat ditiadakan, keterangan pewatas tidak dapat ditiadakan. Contohnya sebagai berikut.
Mahasiswa yang mempunyai IP tiga lebih mendapat beasiswa.
Contoh diatas menjelaskan bahwa bukan semua mahasiswa yang mendapat beasiswa, melainkan hanya mahasiswa yang mempunyai IP  tiga lebih.

Perlu juga kita harus ketahui ada beberapa jenis kalimat dalam bahasa Indonesia. Berbeda penelitinya berbeda juga tanggapan mereka tentang kalimat, walaupun pengertian kalimatnya satu arti tetapi hanya berbeda penyampaiannya. Jenis kalimat dibedakan berdasarkan berbagai kriteria atau sudut pandangnya. Oleh karena itu diberbagai buku dan kepustakaan linguistik, seringkali kita dapati banyak sekali istilah untuk menamakan jenis-jenis kalimat itu.

Salah satu jenis kalimat yang menjadi pokok presentasi kami adalah kalimat dwitransitif. Tetapi sebelum kita mengetahui apa itu kalimat dwitransitif ada baiknya kita mengetahui pengertian kalimat transitif, kalimat taktransitif dan kalimat ekatransitif.

Kalimat Intransitif adalah kalimat yang predikatnya berupa verba transitif, yaitu verba yang biasanya diikuti oleh sebuah objek. kalau verba tersebut bersifat monotransitif dan diikuti oleh dua buah objek kalau verbanya berupa verba dwitransitif. Namun, dalam bahasa Indonesia tampaknya ada sejumlah verba transitif yang tidak perlu diikuti objek. Verba yang demikian adalah verba yang sudah menjadi kebiasaan atau biasa dilakukan terhadap objek itu; sehingga tanpa disebutkan objeknya kalimat tersebut sudah gramatikal dan bisa dipahami.

Ada juga yang disebut sebagai kalimat dwitransitif. Di mana menurut KBBI edisi keempat, kalimat dwitransitif itu adalah kalimat yang mempunyai objek dan pelengkap atau keterangan yang wajib. Sekarang bagaimana menurut pandangan Verhaar tentang kalimat dwitransitif. Dibagian pembahasan kami akan membahas bagaimana Verhaar menanggapi pengertian dan pandangan gramatikal kalimat tersebut.

BAB II
PEMBAHASAN

VERBA DWITRANSITIF(Menurut J.W. M. Verhaar)
Dalam banyak bahasa, sebagian besar verba transitif bervalensi dua, dan sebagian yang relative kecil bervalensi tiga. Argumen pertama adalah “subjek”; argumen kedua disebut “objek”, dan bila ada tiga argumen, kedua argument yang bukan subjek itu masing-masing berupa objek.
Beberapa contoh: dalam klausa Dia membangun rumah, maka Dia adalah subjek dan  rumah adalah objek. Dalam klausa Saya memasakkan adik nasi, maka baik Adik maupun  nasi  berupa objek, Objek rangkap. Secara tradisional penamaan ini tidak biasa, yang biasa dalam tradisi sintaksis ialah untuk menamai nasi sebagai objek “langsung” sedangkan adik dipandang sebagai objek “tak langsung”. Tetapi julukan “objek langsung” dan “objek tak langsung” sebagai istilah fungsional rasanya tidak tepat, karena yang “langsung” dan yang  “tak langsung” itu mengandung makna peran bukan fungsi; yaitu, peran pasien dan peran benefaktif masing-masing.
Verba memasakkan sudah bermarkah untuk objek benefaktif, yaitu dengan “akhiran fokus” – kan. Verba memasakkan beroposisi dengan verba memasak yang objeknya berperan pasien, umpama Saya memasak nasi untuk adik. Dalam contoh terakhir ini, konstituen  untuk adik tidak berstatus argumen, jadi tidak dapat dikatakan “berperan benefaktif” dan tidak dapat dikatakan “berfungsi objek”, untuk adik  adalah komplemen. Sekali lagi, analisis ini berdasarkan sifat semantic verba: memasak adalah Verba yang bervalensi dua (subjek dan objek), dan memasakkan bervalensi tiga (subjek, dan objek rangkap)
Pelajarilah dasar analisis tersebut. Pertama, fungsi tidak sama dengan peran. Kedua, baik fungsi maupun peran (dan jumlahnya) tergantung dari Valensi Verba. Ketiga, Valensi Verba sendiri tergantung dari sifat-sifat semantic verba. Jadi, memang betul bahwa analisis fungsional tergantung dari semantik verba, tetapi tidak dari semantik peran-peran. Semantik peran (seperti peran Ajentif, pasien, benefaktif dan lain sebagainya) tergantung dari adanya peran; adanya peran tersebut tergantung dari status Argumen; dan status argument tergantung dari semantik verba.
Contoh-contoh tadi diambilkan dari bahasa Indonesia dan perlu dibandingkan dengan data-data dari bahasa yang lain. Di sini menyusul contoh dari bahasa Inggris (tanpa glos saja):
Inggris
1.      I gave the book to her.
2.      I gave her the book.
3.      I explaiened the method to her.
4.      *I explained her to her the method.
Verba Inggris to give bervalensi tiga. Akibatnya ialah bahwa baik to her dalam (1) dengan gramatikal. Kiranya anda kini bertanya apakah to her dalam (4) tidak memiliki arti yang “benefaktif” . Jawabannya: memang “benefaktif “ dalam arti yang lebih luas (“Keterangan benefaktif”, misalnya, adalah penamaan yang dapat diterima), tetapi tidak berstatus argument, jadi tidak berstatus peran, jadi tidak berperan benefaktif. Sebabnya: sfat-sifat semantis verba.
Dari analisis ini, dapat disimpulkan sesuatu yang penting menyangkut bentuk kategorial dari konstituen-konstituen yang bersangkutan. Maksudnya: alasan bahwa to her dalam (4) tidak berstatus argument bukannya bahwa konstituen ini berpreposisi, dalam (1) to her  juga berpreposisi namun berstatus argumen.
Terapkan asas-asas analitis tadi pada contoh-contoh berikut dalam bahasa Indonesia:
Indonesia
5.      Guru menguraikan teori ini.
6.      Guru menguraikan tentang teori ini.
Verba menguraikan bervalensi dua, dan objeknya berperan pasien, entah disertai preposisi tentang entah tidak: teori ini dalam (5) dan tentang teori ini dalam (6). Tentunya ada perbedaan sedikit antara (5) dan (6), berhubungan dengan “derajat ketransitifan”. Tetapi konstituen (tentang) teori ini berstatus. Argumen, berstatus objek, dan berstatus pasien.
Yang lebih penting menyangkut benuk kategorial argumen adalah bentuk kategorial verba ditempat predikat. Di antara bahasa” di dunia, ada yang memiliki verba yang “berakhiran fokus” dan ada yang tidak. Bahasa Indonesia memiliki sistem “fokus” verba yang menarik perhatian. Ada verba dengan –kan benevaktif, terarahkan pada argument benevaktif (memasakkan, membukakan, membuatkan); dengan –kan “kausatif”, terarahkan pada argument pasien (membentukkan, mengarahkan, melibatkan); dengan –I “lokatif”, terarahkan pada argument lokatif (dalam arti “Harafiah” atau “kiasan”) (menduduki, menganugrahi, memperingati). Dan, tak lupa, awalan men-  sebagai focus “ajentif” untuk argument ajentif (semua contoh tadi) (dan untuk focus penindak, untuk argument penindak, pada verba intransitive penindak yang berawalan men-)
                                                                  

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

  • Kalimat dwintransitif mengungkapkan tiga maujud. Dalam bentuk aktif, maujud itu masing-masing merupakan subjek, objek, dan pelengkap.
  • Verba dwitransitif adalah verba yang dalam kalimat aktif dapat diikuti oleh dua nomina, satu sebagai objek dan satunya lagi sebagai pelengkap.
  • Dalam banyak bahasa, sebagian besar verba transitif bervalensi dua, dan sebagian yang relative kecil bervalensi tiga. Argumen pertama adalah “subjek”; argumen kedua disebut “objek”, dan bila ada tiga argumen, kedua argument yang bukan subjek itu masing-masing berupa objek.
  • Kalimat aktif terdiri dari tiga jenis yaitu kalimat aktif semitransitif, kalimat aktif ekatransitif, dan kalimat aktif dwitransitif
  • Kalimat dwitransitif dibagi menjadi dua yaitu kalimat dwitransitif benefaktif yaitu kalimat untuk memberi makna bagi orang lain. Sedangkan kalimat dwitransitif direktif mengharuskan pemakaian verba yang berbeda, baik dalam bentuk aktif maupun pasifnya.
  • Kalimat aktif yang dapat diubah menjadi kalimat pasif harus memiliki unsur minimal SPO.


DAFTAR PUSTAKA
o   Chaer, A. 1994. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta.
o   Depdiknas. 2008. KAMUS BESAR BAHASA INDONESIA. Jakarta: Gramedia.
o   Alwi, H. dkk. 2003. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
o   Verhaar, J.W.M. 2008. Asas-Asas Linguistik Umum. Yogyakarta: Gadjah Mada University Pers.


1 komentar: